Sabtu, 12 Mei 2012

Makalah Menulis 2


MAKALAH
GAYA DAN CARA  PENULISAN YANG EFEKTIF DALAM  KARYA TULIS ILMIAH








Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Menulis Akademik
Yang dibina oleh Bapak Susetyo



OLEH:
Rara Oktaria Nanda (NPM. A1A010058)
Santi Yuliani (NPM.A1A010048)
Leonita Maharani (NPM.A1A010020)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.             LATAR BELAKANG
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap semester para mahasiswa harus menulis makalah atau tulisan lainnya, bahkan untuk sebagian besar mata kuliah yang ditempuh. Dengan demikian, mereka diharapakan akan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik yang ditulisnya. Dalam menghadapi tugas menulis di atas sebagian besar mahasiswa menganggapnya sebagi beban berat. Anggapan tersebut muncul karena kegiatan menulis menyita banyak waktu, tenaga, pemikiran, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Disamping itu kegiatan menulis menuntut keterampilan yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh mahasiswa. Ada pula mahasiswa yang meragukan kegunaannya, apalagi jika tugas menulis itu dikaitkan dengan mata kuliah yang bukan merupakan mata kuliah bidang studinya.
Sehubungan dengan kegunaan tugas atau kegiatan menulis tersebut, Susetyo (2009) mengemukakan bahwa banyak keuntungan yang dapat diambil dari pelaksanaan tugas atau kegiatan menulis karya ilmiah tersebut, antara lain:
1.      Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, terlebih dahulu membaca kepustakaan yang relevan dengan topik yang hendak dibahas.
2.      Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkan ketingkat pemikiran yang lebih matang.
3.      Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dan katalog pengarang atau katalog judul buku.
4.      Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis
5.      Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual
6.      Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
Tentu saja kegiatan menulis di perguruan tinggi tidak sesederhana menulis di lembaga pendidikan dasar atau menengah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Tulisan yang baik memilki beberapa ciri, diantaranya bermakna, jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Disamping itu tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.
Untuk dapat menghasilkan tulisan seperti yang dipaparkan di atas, maka dituntut beberapa kemampuan sekaligus. Agar dapat menulis karangan misalnya, kita harus memilki pengetahuan tentang apa yang akan ditulis. Disamping itu kita harus mengetahui bagaimana menuliskannya. Pengetahuan yang pertama menyangkut  isi karangan, sedangkan yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek kebahasaan, maupun teknik penulisan berkaitan erat dengan gagasan pikiran.
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimilki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang efektif memiliki ciririri yang harus dipenuhi.ciri ciri  tersebut menurut Susetyo (2009) meliputi: (1) kesepadanan, (2)keparalelan, (3) ketegasan, (4) kehematan, (5) kecermatan, (6) kepaduan, dan (7) kelogisan.
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat tadi haruslah dipiih dengan tepat, sehingga kalimat menjadi jelas maknanya.
Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahamai orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa yang disampaikan oleh penulis.
Sesuai dengan paparan di atas penulis ingin mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan dengan gaya dan penulisan yang efektif dalam karya tulis ilmiah melalui penulisan dengan judul ”Gaya dan Cara  Penulisan yang Efektif dalam  Karya Tulis Ilmiah”.

1.        RUMUSAN MASALAH
Mengacu dari judul di atas maka rumusan masalah yang dapat penulis bahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan gaya dan penulisan efektif dalam karya tulis ilmiah?
  2. Apa saja ciri-ciri keefektifan tulisan dalam karya tulis ilmiah?
  3. Apa saja kesalahan umum dalam penulisan karya ilmiah yang menyebabkan ketidak efektifan?

1.        TUJUAN PENULISAN
  1. Mendeskripsikan maksud gaya dan penulisan efektif dalam karya tulis ilmiah?
  2. Mendeskripsikan ciri-ciri penulisan yang efektif dalam karya tulis ilmiah?
  3. Mendeskripsikanapa saja kesalahan umum dalam penulisan karya ilmiah?







BAB II
PEMBAHASAN

1.      GAYA DAN PENULISAN EFEKTIF DALAM KARYA ILMIAH
Menurut Susetyo (2009) ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam gaya dan cara penulisan yang efektif, yakni (1) keterbacaan dan (2) keambiguitas/ ketaksaan. Gaya bahasa bahasa penulisan ilmiah hendaknya diungkapkan dalam pernyataan-pernyataan yang singkat dan dirangkai dengan bahasa yang efektif, mudah dipahami. Kalimat yang disusun tidak bermakna ganda, mudah dicerna, ringkas, tetapi memuat data yang tak lebih dan tak kurang.
Keterbacaan adalah suatu  istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemudahan atau kesulitan dari bahan bacaan atau wacana. Definisi ini dikemukakan oleh Carnine, Silbert, dan Kamenui dikutip Theresia Kristianty . ” Readabilty is a term to used describe the relative ease or difficulty of a passage .” keterbacaan diartikan sebagai “ perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dimengerti, dipahami, dan mudah diingat.
Sedangkan Secara sederhana kalimat ambigu adalah kalimat yang dapat diartikan secara berbeda, atau mempunyai dua arti yang mungkin membingungkan.
Contoh kalimat amigu, atau kalimat yang mengandung ambiguitas:
Mayat itu diloncati kucing hidup.
kalimat tersebut bisa berarti
Mayat diloncati oleh kucing hidup.
Mayat diloncati kucing kemudian hidup.
Habib berenang di laut mati.
kalimat tersebut bisa berarti
Habib berenang di laut yang namanya laut mati.
Habib berenang di laut kemudian mati.
Kuterima hadiah kedua kakakku dengan senang hati
kalimat tersebut bisa berarti
Hadiah kedua dari kakakku.
hadiah dari kedua kakakku.
Berbagai ketentuan yang sepatutnya diperhatikan oleh penyusun karya tulis ilmiah agar karya ilmiahnya komunitatif, karya tulis ilmiah itu harus memenuhi kriteria LOGIS, SISTEMATIS, dan LUGAS.
a.    Karya Ilmiah disebut LOGIS jika keterangan yang dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal.
b.    Karya tulis ilmiah disebut SISTEMATIS jika keterangan yang ditulisnya disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan.
c.    Karya tulis ilmiah disebut LUGAS jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga

2.             CIRI-CIRI PENULISAN YANG EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH
Dalam Karya Tulis Ilmiah penulis sangat mengharapkan ide dan gagasan yang telah dituangkan melalui tulisan dapat dicerna oleh pembaca, maka penulisan yang efektif yang diharapkan pembaca memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.1    Bahasa Ilmiah harus tepat dan tunggal makna, tidak bias ataupun mendua. Contoh: ”penelitian ini mengkaji metode pembelajaran CTL objek yang efektif dan efisien”
1.2    Bahasa Ilmiah mendefinisikan secara tepat istilah, dan pengertian yang berkaitan dengan suatu penelitian, agar tidak menimbulkan kerancuan.
1.3    Bahasa Ilmiah itu singkat(efisien)
Efisien  atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan  kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil. 
1.4    Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan  informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti:
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.
Contoh:
Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
Seharusnya:
Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Contoh:
Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat dihasilakn manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja keras.

3.             KESALAHAN UMUM DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
A. Alinea yang Tidak Efektif
Pada dasarnya setiap karya tulis merupakan sekumpulan alinea yang membahas suatu permasalahan. Oleh karena itu, kemampuan menulis alinea yang baik adalah persyaratan yang sangat penting dalam menulis karya ilmiah. Berikut ini merupakan konsep-konsep mendasar yang perlu dikuasai dalam rangka mengembangkan kemampuan menulis alinea yang efektif.
Alinea pada hakikatnya merupakan perpaduan sekelompok kalimat yang membahas satu ide pokok. Seluruh kalimat itu harus memiliki hubungan logis. Kalimat yang tidak berhubungan logis (atau tidak relevan dengan ide) pokok harus dihapus dari alinea. Kalimat yang bersifat pengulangan juga harus dihilangkan.
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan tentang alinea adalah: Berapa jumlah kalimat yang diperlukan untuk membuat sebuah alinea? Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Yang perlu dipedomani adalah bahwa sebuah alinea tidak boleh terlalu pendek sehingga ide pokoknya tidak dikembangkan secara memadai, atau terlalu panjang sehingga ide pokoknya berkembang sangat luas hingga perlu dikembangkan dalam beberapa alinea terpisah.
Dilihat dari fungsinya, kalimat-kalimat pembangun sebuah alinea dapat dibedakan ke dalam tiga jenis: kalimat topik, kalimat pendukung, dan kalimat kesimpulan. Kalimat topik berfungsi menyatakan ide pokok atau mengungkapkan apa yang akan dibahas dalam alinea tersebut. Kalimat pendukung berfungsi menghadirkan bukti, fakta, argumen, atau penjelasan lain untuk memperjelas ide pokok. Sedangkan kalimat kesimpulan digunakan untuk merangkum isi alinea atau menunjukkan transisi ke alinea berikutnya. Tidak semua alinea membutuhkan kalimat kesimpulan. Oleh karena itu, jenis kalimat yang harus ada dalam sebuah alinea adalah kalimat topik dan pendukung. Tampilan sebuah alinea dapat digambarkan seperti dalam gambar 2 berikut.
Gambar 1: Tampilan Sebuah Alinea
(Kalimat topik) ................................................................................………………
(Kalimat pendukung) ..............................................................................................
(Kalimat pendukung)...............................................................................................
 (Kalimat pendukung) .............................................................................................
(Kalimat pendukung)  ………………………………………………………………  (Kalimatkesimpulan).………………………………………………………………
1. Kalimat Topik
Dalam tulisan ilmiah, kalimat topik dapat ditempatkan di awal atau di akhir alinea, tergantung pola berpikir yang digunakan. Jika penulis menggunakan pola berpikir deduktif, kalimat topik diposisikan di awal alinea, jika induktif, di akhir. Untuk penulis pemula, menempatkan kalimat topik di awal alinea lebih disarankan, karena mendukung suatu ide yang lebih umum dengan menghadirkan detil-detil yang spesifik (deduktif) biasanya lebih mudah dilakukan daripada menyimpulkan beberapa detil spesifik  menjadi sebuah ide yang lebih umum.
Selain itu, perlu diingat bahwa setiap kalimat topik harus mengandung tiga unsur: subjek, verba, dan ide pengendali (controlling idea). Subjek dalam kalimat topik berperan sebagai topik alinea, sedangkan ide pengendali merupakan sebuah kata atau frasa yang mengendalikan informasi-informasi dalam kalimat-kalimat lain dalam alinea tersebut. Subjek bisa diletakkan di awal kalimat topik (sebelum verba) atau di akhir (sesudah verba). Lihat contoh 1 berikut.
Contoh 1
1.                   Karya ilmiah memiliki empat ciri khas.
S               V              IP
1.                   Terdapat empat ciri khas yang dimiliki oleh karya ilmiah.
IP                                   V                         S
Berdasarkan penjelasan dia atas, terungkap bahwa bahwa sebuah kalimat topik harus memenuhi tiga persyaratan. Pertama, kalimat topik harus berbentuk kalimat lengkap (complete). Dalam kalimat itu harus terdapat unsur subjek, predikat, dan objek (ide pengendali). Kedua, cakupan ide pengendali harus terbatas (limited), dalam arti tidak lebih dari satu ide karena sebuah alinea hanya dapat membahas sebuah ide secara tuntas. Ketiga, ide pengendali harus spesifik (specific). Hal ini berarti ide tersebut harus relevan dan secara langsung berhubungan dengan topik.
Untuk memahami ketiga persyaratan kalimat topik ini secara lebih jelas, lihat contoh-contoh dan penjelasan dalam contoh 2 berikut.
Contoh 2
1.a.
Kemampuan menulis yang baik
1.b.
Kemampuan menulis yang baik memberikan banyak keuntungan.
2.a.
Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah.
2.b.
Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah dan penduduknya yang ramah.
3.a.
Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius.
3.b.
Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius bagi kalangan berpenghasilan rendah.
Kalimat (1.a.) di atas bukan kalimat topik yang baik karena tidak memiliki unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Sedangkan kalimat (1.b.) adalah kalimat topik yang baik karena adanya unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Kalimat (2.a.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya hanya satu, yakni “berbagai pemandangan yang indah”. Kalimat (2.a.) bukan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya lebih dari satu. Kalimat (3.a.) bukan merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya tidak spesifik—bagi siapa masalah yang serius tersebut timbul? Kalimat (3.b.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya secara spesifik menyatakan masalah yang serius tersebut dialami kalangan berpenghasilan rendah.
2.  Kalimat Pendukung
Kalimat pendukung dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama, kalimat pendukung mayor, yaitu kalimat-kalimat yang secara langsung digunakan untuk menjelaskan ide pokok dalam yang dinyatakan dalam kalimat topik. Penjelasan tersebut bisa dilakukan dengan cara menghadirkan bukti, fakta, argumen, kutipan atau penjelasan lain. Kedua, kalimat pendukung minor, yaitu kalimat-kalimat yang fungsinya memberikan keterangan yang lebih terperinci terhadap penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor. Keberadaan satu atau lebih kalimat pendukung mayor dalam sebuah alinea adalah keharusan. Sedangkan keberadaan kalimat pendukung minor sangat tergantung pada apakah penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor masih perlu diberikan penjelasan yang lebih terperinci atau tidak.  Dengan kata lain, tidak semua alinea memiliki kalimat pendukung minor. Lihat contoh 3 berikut.
Contoh 3
(1) Penggunaan bahasa sebagai media komunikasi telah menjalani empat tahapan evolusi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. (2) Penelitian antropologis mengungkapkan bahasa mulai dikembangkan masyarakat manusia sebagai sarana komunikasi antar individu dalam kelompok kecil sekitar 200.000 tahun lalu (Gianella dan Hopkins, 2006: 12). (3) Pada waktu itu, bahasa digunakan hanya untuk berbagi informasi dan perasaan mengenai kehidupan sehari-hari. (4) Sekitar tahun 30.000 sebelum masehi, kebutuhan untuk berkomunikasi dengan individu lain  dari kelompok dan generasi berbeda mendorong manusia menciptakan bahasa tertulis. (5) Petroglif, piktogram, dan ideogram di dinding gua, seperti Chauvet Cave di Prancis Selatan, adalah contoh upaya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan kelompok dan generasi berbeda (Moore, 2005: 20). (6) Perkembangan ini kemudian diikuti oleh penemuan sistem tulisan sekitar 4000 tahun SM, yang memungkinkan pendokumentasian peristiwa dan data dalam bentuk yang lebih permanen. (7) Perkembangan teknologi informasi, yang dimulai dengan penemuan telegraf pada tahun 1837, telefon (1871), dan internet pada abad ke-20 membuat komunikasi dengan bahasa dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu.
Dalam alinea di atas, kalimat (1) adalah kalimat topik (KT). Kalimat (2) merupakan kalimat pendukung mayor pertama (KPM1) yang secara langsung menjelaskan tahapan evolusi bahasa sebagai media komunikasi dengan menghadirkan tahapan awal perkembangan bahasa. Kalimat (3) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM1. Kalimat (4) merupakan kalimat pendukung mayor kedua (KPM2) yang secara langsung menjelaskan tahapan kedua evolusi bahasa. Kalimat (5) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM2. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor ketiga (KPM3) yang secara langsung menjelaskan tahapan ketiga evolusi bahasa. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor keempat (KPM4) yang secara langsung menjelaskan tahapan keempat evolusi bahasa.
Hubungan antara kalimat topik (KT) dan kalimat-kalimat pendukung mayor (KPM) serta kalimat-kalimat pendukung minor dalam alinea contoh di atas dapat digambarkan dalam grafik di sebelah kanan ini.
3.  Kalimat Kesimpulan
Pada bagian akhir berbagai alinea penulis juga bisa meletakkan kalimat kesimpulan, yakni kalimat yang merangkum informasi pada kalimat-kalimat sebelumnya atau menarik kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kalimat kesimpulan merupakan penegasan ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik. Lihat contoh 4 berikut.
Contoh 4
(1) Masyarakat Indonesia menjadikan Universitas Kristen Indonesia (UKI) sebagai pilihan pertama untuk menimba ilmu karena beberapa alasan. (2) Pertama, UKI merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia yang berpengalaman mengelola pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan lulusan berkualitas. (3) Survai terhadap 5678 alumni yang dilaksanakan baru-baru ini mengungkapkan 95% responden tidak mengalami kesulitan memperoleh kerja atau menerapkan ilmu yang diperolehnya selama kuliah di UKI untuk berwiraswasta. (4) Selain itu, kampus UKI terletak di salah satu lokasi paling strategis di Indonesia. (5) Hal ini membuat mahasiswa tidak mengalami kesulitan mencapai kampus. (6) Ketiga, dosen-dosen di UKI berkualitas tinggi dan memiliki jiwa kepelayanan yang tinggi. (7) Ketiga faktor diatas mendorong masyarakat menjadikan UKI pilihan utama untuk kuliah.
Dalam alinea di atas, kalimat (7) adalah kalimat kesimpulan (KK). Kalimat ini merangkum informasi yang tersaji pada kalimat (2) hingga kalimat (6). KK ini juga mengungkapkan ide pokok yang telah dinyatakan di kalimat topik, meskipun dengan cara yang tidak sama persis.
Selain penggunaan kalimat topik, pendukung dan kesimpulan yang tepat, sebuah alinea juga harus memenuhi unsur koherensi (coherence) dan kohesi. Yang dimaksud dengan koherensi adalah kesatuan isi atau kepaduan maksud. Koherensi tercipta bila seluruh kalimat pendukung membahas hanya satu hal, yakni topik, dan jika peristiwa, waktu, ruang, dan proses diurutkan secara logis. Kohesi mengandung arti hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh dan kohesif berarti padu. Kohesi alinea tercipta bila seluruh kalimat yang membangunnya dipadu dengan erat dan kokoh dengan menggunakan konjungsi, pronominal, repetisi, sinonim, hiponim, paralelisme, dan elipsasi dengan tepat.

B. Membuat Tulisan yang Tidak Mudah Dipahami
Tujuan utama pembuatan setiap karya tulis, termasuk karya ilmiah, adalah mengkomunikasikan informasi, ide, atau konsep kepada pembaca agar dapat dipahami, dimanfaatkan, dan dikembangkan. Akan tetapi, ada “sekelompok” tertentu yang cenderung menganggap bahwa tolok ukur keilmiahan sebuah tulisan adalah kerumitan tulisan itu: semakin sulit, semakin ilmiah. Bagi mereka, moto ”Kalau bisa ditulis secara rumit mengapa harus dibuat sederhana?” terkesan lebih pas daripada antitesisnya, “Kalau bisa ditulis sederhana, jangan dibuat rumit.” Padahal, keilmiahan sebuah karya tulis pada hakikatnya berhubungan dengan faktor kesistematisan, kelogisan, kebahasaan, dan keteraturan dalam berpikir. Jika semua faktor itu dipenuhi dengan baik, karya tulis itu akan mudah dipahami.
Kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan cenderung menulis karya ilmiah dengan empat karakteristik berikut. Pertama, menggunakan kalimat-kalimat yang panjang. Kelompok ini kelihatannya menganggap bahwa kalimat kalimat pendek yang mudah dipahami hanya cocok untuk tulisan anak-anak atau orang awam.  Oleh karena itu mereka menyusun kalimat-kalimat yang mengandung banyak frasa dan klausa dengan ‘alasan’ semakin panjang kalimat, semakin mendalam pembahasan. Padahal kalimat yang sangat panjang akan menimbulkan masalah pemahaman karena  tidak jelas mana subjek, mana predikat, dan mana objek kalimat itu. Kecenderungan seperti ini sebaiknya dicegah. Jika tidak terpaksa, jangan gunakan kalimat-kalimat panjang dan kompleks. Kalimat pendek dan efektif akan membuat pemahaman lebih mudah. Bandingkan kedua kalimat contoh berikut. Mana yang lebih mudah dipahami?
Contoh 5
a. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang dilakukan oleh guru dalam lima langkah terhadap siswanya untuk mengetahui penguasaannya akan kompetensi bahasa tertentu dengan cara mengidentifikasi kesalahan apa yang dilakukan secara sistematis, seperti slip, keseleo, salah omong, alias lapses dalam pembelajaran speaking, melihat seberapa sering dia melakukan kesalahan, diikuti dengan penentuan dan pengklasifikasian jenis kesalahan, kemudian menginterpretasikan apa penyebab kesalahan tersebut, dan, berdasarkan teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik, diakhiri dengan mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu.
b. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan siswanya akan kompetensi bahasa tertentu. Analisis ini dilakukan dalam lima langkah: satu, mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan secara sistematis, seperti salah omong dalam pembelajaran berbicara; dua, melihat seberapa sering kesalahan dilakukan; tiga, menentukan dan mengklasifikasikan jenis kesalahan; empat, menginterpretasikan penyebab kesalahan; dan terakhir, mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu berdasarkan teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik.
Kecenderungan kedua yang sering dilakukan kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan adalah memuat sebanyak mungkin istilah asing. Contoh 6 di bawah ini memperlihatkan fenomena ini dengan cukup baik. Anda dapat memahaminya?
Contoh 6
Sekarang, aplikasikan sebuah sistem kalkulus proposional. Akumulasikan pada sistem itu sebuah logika modal yang lemah yang di dalamnya kondisional yang eksisting dan anteseden yang dibutuhkan mengakibatkan konsekuensi yang dibutuhkan (aksioma Godel) dan kebutuhan akan teorema juga merupakan teorema. Jika dikatakan bahwa semua kebenaran dapat diketahui maka hal ini dapat dirumuskan ‘Jika p maka mungkin (‘à’) diketahui p’ dapat diketahui, p_àKp:
Harus diakui bahwa sebagai bahasa yang sedang berkembang bahasa Indonesia tidak memiliki padanan yang pas untuk semua istilah teknis yang lazim terdapat dalam  karya tulis ilmiah. Permasalahan ini sebenarnya terjadi juga dalam bahasa lain. Tidak ada satu bahasa pun yang memiliki kosa kata lengkap hingga tidak lagi memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau konsep baru. Solusi terhadap permasalahan apakah istilah-istilah asing tersebut harus diterjemahkan, dibiarkan, atau dikombinasikan dengan istilah Indonesia sebenarnya sudah dirumuskan oleh Pusat Bahasa (2007). Jadi, untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, menerapkan pedoman pembentukan istilah tersebut merupakan keharusan.
Sebagai pedoman praktis, terdapat empat kiat untuk menghasilkan tulisan yang efektif. Pertama, gunakan kata yang pendek dan lazim. Sebagai contoh, kalimat “Tiga ahli di bidang migrasi hadir di seminar itu.” jauh lebih efektif daripada “Tiga tokoh berpengetahuan spesifik dalam bidang perpindahan penduduk hadir di seminar itu”, meskipun keduanya mengungkapkan ide yang sama.  Kedua, cegah kata-kata yang berlebihan (redundant). Kalimat “Tono berteriak dengan suara keras” menggunakan kata yang berlebihan, karena suara orang yang berteriak pasti keras. Sebaiknya kalimat itu diganti menjadi ““Tono berteriak” saja. Ketiga, gunakan kalimat yang efektif (pendek dan sederhana). Keempat, urutkan ide secara logis.















BAB III
PENUTUP

1.             KESIMPULAN
Kegiatan menulis karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang akrab dengan para mahasiswa khususnya dalam hal tugas akhir mata kuliah. Selain untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah, kegiatan menulis karya tulis ilmiah banyak sekali manfaatnya bagi para mahasiswa, diantaranya yaitu lebih mengenali kemampuan dan potensi diri, mengembangkan berbagai gagasan, lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi, serta membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.
Dalam kegiatan menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam gaya dan cara penulisan yang efektif, yakni (1) keterbacaan dan (2) keambiguitas/ ketaksaan. Adapun ciri-cii penulisan yang efektif yaitu (1)bermakna tunggal, (2) mendefinisikan istilah dengan tepat, (3) efisien, dan (4) jelas.

  1. SARAN
  1. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa memperhatikan keefektifan dalam kepenulisan.
  2. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa menghindari penggunaan kalimat yang tidak efektif
  3. Perguruan tinggi hendaknya dapat membantu meningkatkan wawasan para mahasiswa khususnya dibidang penulisan karya tulis ilmiah dengan  mengadakan sosialisasi, seminar, workshop, atau kompetisi yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne.2008.  http://www.anneahira.com/teknik-menulis-karya-ilmiah.htm. akses 3 oktober.
Aiemalissa. 2009. http://aiemalissa.wordpress.com.  akses 12 Oktober 2011
Cepmuh. 2010. http://c3pmoeh.blogspot.com/2010/10/ . akses 3 Oktober.
Franata, Harry. 2010. http://harryfranata.blogspot.com. Akses 3 Oktober
Hubbul. 2010. http://hubbul.blogspot.com/. Akses 3 0ktober.
Rohiat, dkk. 2010. Penulisan skripsi. Unit Penerbitan FKIP Unib.
Susetyo. 2009. Menulis Akademik. Bengkulu. Unit Penerbitan FKIP Unib.
Wilaha, Widi. 2008. http://sekolah-menulis.com/teknik-menulis-karya-ilmiah. akses 3 Oktober.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar