MAKALAH
GAYA DAN CARA PENULISAN YANG EFEKTIF DALAM KARYA TULIS
ILMIAH
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah
”Menulis
Akademik”
Yang dibina oleh Bapak Susetyo
OLEH:
Rara Oktaria Nanda
(NPM. A1A010058)
Santi Yuliani
(NPM.A1A010048)
Leonita Maharani
(NPM.A1A010020)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Kegiatan
menulis merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses belajar yang
dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap
semester para mahasiswa harus menulis makalah atau tulisan lainnya, bahkan
untuk sebagian besar mata kuliah yang ditempuh. Dengan demikian, mereka
diharapakan akan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik
yang ditulisnya. Dalam menghadapi tugas menulis di atas sebagian besar
mahasiswa menganggapnya sebagi beban berat. Anggapan tersebut muncul karena
kegiatan menulis menyita banyak waktu, tenaga, pemikiran, serta perhatian yang
sungguh-sungguh. Disamping itu kegiatan menulis menuntut keterampilan yang
kadang-kadang tidak dimiliki oleh mahasiswa. Ada pula mahasiswa yang meragukan
kegunaannya, apalagi jika tugas menulis itu dikaitkan dengan mata kuliah yang
bukan merupakan mata kuliah bidang studinya.
Sehubungan
dengan kegunaan tugas atau kegiatan menulis tersebut, Susetyo (2009) mengemukakan bahwa banyak
keuntungan yang dapat diambil dari pelaksanaan tugas atau kegiatan menulis karya ilmiah tersebut, antara lain:
1. Penulis dapat
terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis
karya ilmiah, terlebih dahulu membaca kepustakaan yang relevan dengan topik
yang hendak dibahas.
2. Penulis dapat
terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya,
dan mengembangkan ketingkat pemikiran yang lebih matang.
3. Penulis dapat
berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dan katalog
pengarang atau katalog judul buku.
4. Penulis dapat
meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta
secara jelas dan sistematis
5. Penulis dapat
memperoleh kepuasan intelektual
6. Penulis turut
memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
Tentu
saja kegiatan menulis di perguruan tinggi tidak sesederhana menulis di lembaga
pendidikan dasar atau menengah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Tulisan
yang baik memilki beberapa ciri, diantaranya bermakna, jelas/lugas, merupakan kesatuan
yang bulat, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Disamping itu
tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.
Untuk
dapat menghasilkan tulisan seperti yang dipaparkan di atas, maka dituntut
beberapa kemampuan sekaligus. Agar dapat menulis karangan misalnya, kita harus
memilki pengetahuan tentang
apa yang akan ditulis. Disamping itu kita harus mengetahui bagaimana
menuliskannya. Pengetahuan yang pertama menyangkut isi karangan, sedangkan yang kedua menyangkut
aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek
kebahasaan, maupun teknik penulisan berkaitan erat dengan gagasan pikiran.
Setiap
gagasan pikiran atau konsep yang dimilki seseorang pada prakteknya harus
dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang efektif
memiliki ciririri yang harus dipenuhi.ciri ciri tersebut menurut Susetyo (2009) meliputi: (1) kesepadanan, (2)keparalelan, (3) ketegasan, (4)
kehematan, (5) kecermatan, (6) kepaduan, dan (7) kelogisan.
Kelengkapan
unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu
sebuah kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap
ini harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat tadi haruslah dipiih dengan
tepat, sehingga kalimat menjadi jelas maknanya.
Kalimat
yang benar dan jelas akan mudah dipahamai orang lain secara tepat. Kalimat yang
demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki
kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca
seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat
efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang
diinginkan penulis terhadap pembaca. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca
akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa yang
disampaikan oleh penulis.
Sesuai
dengan paparan di atas penulis ingin mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan
dengan gaya dan penulisan yang efektif dalam karya tulis ilmiah melalui penulisan dengan
judul ”Gaya dan Cara Penulisan yang Efektif
dalam Karya Tulis Ilmiah”.
1.
RUMUSAN
MASALAH
Mengacu
dari judul di atas maka rumusan masalah yang dapat penulis bahas dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut:
- Apa
yang dimaksud dengan gaya dan penulisan efektif dalam karya tulis
ilmiah?
- Apa saja ciri-ciri keefektifan tulisan dalam
karya tulis ilmiah?
- Apa saja kesalahan umum dalam penulisan
karya ilmiah yang menyebabkan ketidak efektifan?
1.
TUJUAN
PENULISAN
- Mendeskripsikan maksud gaya dan
penulisan efektif dalam karya tulis ilmiah?
- Mendeskripsikan ciri-ciri penulisan
yang efektif dalam karya tulis ilmiah?
- Mendeskripsikanapa saja
kesalahan umum dalam penulisan karya ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
GAYA DAN PENULISAN EFEKTIF DALAM
KARYA ILMIAH
Menurut Susetyo (2009) ada dua hal
penting yang perlu diperhatikan dalam gaya dan cara penulisan yang efektif,
yakni (1) keterbacaan dan (2) keambiguitas/ ketaksaan. Gaya bahasa bahasa
penulisan ilmiah hendaknya diungkapkan dalam pernyataan-pernyataan yang singkat
dan dirangkai dengan bahasa yang efektif, mudah dipahami. Kalimat yang disusun
tidak bermakna ganda, mudah dicerna, ringkas, tetapi memuat data yang tak lebih
dan tak kurang.
Keterbacaan adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan tingkat kemudahan atau kesulitan dari bahan bacaan atau wacana.
Definisi ini dikemukakan oleh Carnine, Silbert, dan Kamenui dikutip Theresia
Kristianty . ” Readabilty is a term to used describe the relative ease or
difficulty of a passage .” keterbacaan diartikan sebagai “ perihal dapat
dibacanya teks secara cepat, mudah dimengerti, dipahami, dan mudah diingat.
Sedangkan Secara sederhana kalimat ambigu adalah kalimat yang dapat diartikan secara berbeda,
atau mempunyai dua arti yang mungkin membingungkan.
Contoh kalimat amigu, atau kalimat yang
mengandung ambiguitas:
Mayat itu
diloncati kucing hidup.
kalimat
tersebut bisa berarti
Mayat
diloncati oleh kucing hidup.
Mayat diloncati kucing kemudian hidup.
Mayat diloncati kucing kemudian hidup.
Habib
berenang di laut mati.
kalimat
tersebut bisa berarti
Habib
berenang di laut yang namanya laut mati.
Habib berenang di laut kemudian mati.
Habib berenang di laut kemudian mati.
Kuterima
hadiah kedua kakakku dengan senang hati
kalimat
tersebut bisa berarti
Hadiah
kedua dari kakakku.
hadiah dari kedua kakakku.
hadiah dari kedua kakakku.
Berbagai ketentuan yang sepatutnya
diperhatikan oleh penyusun karya tulis ilmiah agar karya ilmiahnya komunitatif,
karya tulis ilmiah itu harus memenuhi kriteria LOGIS, SISTEMATIS, dan LUGAS.
a. Karya Ilmiah disebut LOGIS jika
keterangan yang dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal.
b. Karya tulis ilmiah disebut
SISTEMATIS jika keterangan yang ditulisnya disusun dalam satuan-satuan yang
berurutan dan saling berhubungan.
c. Karya tulis ilmiah disebut LUGAS
jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa yang langsung
menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga
2.
CIRI-CIRI PENULISAN YANG EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH
Dalam Karya Tulis Ilmiah penulis sangat
mengharapkan ide dan gagasan yang telah dituangkan melalui tulisan dapat
dicerna oleh pembaca, maka penulisan yang efektif yang diharapkan pembaca
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.1
Bahasa
Ilmiah harus tepat dan tunggal makna, tidak bias ataupun mendua. Contoh:
”penelitian ini mengkaji metode pembelajaran CTL objek yang efektif dan
efisien”
1.2
Bahasa
Ilmiah mendefinisikan secara tepat istilah, dan pengertian yang berkaitan
dengan suatu penelitian, agar tidak menimbulkan kerancuan.
1.3
Bahasa
Ilmiah itu singkat(efisien)
Efisien atau hemat adalah
kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan
kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi
secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata
merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat
menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang
selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata yang kami
programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya
terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan
bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo
belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan pengamatan kami saat
melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata
pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
1.4 Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk
menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat
tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para
pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan
kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir
dinamakan kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius
dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah
pengertian.
Contoh:
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan
ramah.
Kemungkinan arti:
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak
cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah.
Kesalahan
penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat
kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda
baca.
Contoh:
Berdasarkan
penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
Seharusnya:
Berdasarkan penelitian, tikus sawah
dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)
Kalimat yang
panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Contoh:
Kewajiban belajar, sistem ujian
standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan sumber daya penduduk
yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang
bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan
kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus
dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
Sistem wajib belajar dan sistem
ujian dengan standar nasional yang seragam dapat menghasilkan kekayaan sumber daya
manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat dihasilakn manusia-manusia
yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh
manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap
urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja
keras.
3.
KESALAHAN UMUM DALAM PENULISAN KARYA
ILMIAH
A. Alinea yang Tidak Efektif
Pada dasarnya setiap karya tulis
merupakan sekumpulan alinea yang membahas suatu permasalahan. Oleh karena itu,
kemampuan menulis alinea yang baik adalah persyaratan yang sangat penting dalam
menulis karya ilmiah. Berikut ini merupakan konsep-konsep mendasar yang perlu
dikuasai dalam rangka mengembangkan kemampuan menulis alinea yang efektif.
Alinea pada hakikatnya merupakan perpaduan
sekelompok kalimat yang membahas satu ide pokok. Seluruh kalimat itu harus
memiliki hubungan logis. Kalimat yang tidak berhubungan logis (atau tidak
relevan dengan ide) pokok harus dihapus dari alinea. Kalimat yang bersifat
pengulangan juga harus dihilangkan.
Salah satu pertanyaan yang sering
diajukan tentang alinea adalah: Berapa jumlah kalimat yang diperlukan untuk
membuat sebuah alinea? Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Yang
perlu dipedomani adalah bahwa sebuah alinea tidak boleh terlalu pendek sehingga
ide pokoknya tidak dikembangkan secara memadai, atau terlalu panjang sehingga
ide pokoknya berkembang sangat luas hingga perlu dikembangkan dalam beberapa
alinea terpisah.
Dilihat dari fungsinya,
kalimat-kalimat pembangun sebuah alinea dapat dibedakan ke dalam tiga jenis:
kalimat topik, kalimat pendukung, dan kalimat kesimpulan. Kalimat topik
berfungsi menyatakan ide pokok atau mengungkapkan apa yang akan dibahas dalam
alinea tersebut. Kalimat pendukung berfungsi menghadirkan bukti, fakta,
argumen, atau penjelasan lain untuk memperjelas ide pokok. Sedangkan kalimat
kesimpulan digunakan untuk merangkum isi alinea atau menunjukkan transisi ke
alinea berikutnya. Tidak semua alinea membutuhkan kalimat kesimpulan. Oleh
karena itu, jenis kalimat yang harus ada dalam sebuah alinea adalah kalimat
topik dan pendukung. Tampilan sebuah alinea dapat digambarkan seperti dalam
gambar 2 berikut.
Gambar
1: Tampilan Sebuah Alinea
(Kalimat topik) ................................................................................………………
(Kalimat pendukung) ..............................................................................................
(Kalimat pendukung)...............................................................................................
(Kalimat pendukung) .............................................................................................
(Kalimat pendukung)
……………………………………………………………… (Kalimatkesimpulan).………………………………………………………………
|
1.
Kalimat Topik
Dalam tulisan ilmiah, kalimat topik
dapat ditempatkan di awal atau di akhir alinea, tergantung pola berpikir yang
digunakan. Jika penulis menggunakan pola berpikir deduktif, kalimat topik
diposisikan di awal alinea, jika induktif, di akhir. Untuk penulis pemula,
menempatkan kalimat topik di awal alinea lebih disarankan, karena mendukung
suatu ide yang lebih umum dengan menghadirkan detil-detil yang spesifik
(deduktif) biasanya lebih mudah dilakukan daripada menyimpulkan beberapa detil
spesifik menjadi sebuah ide yang lebih umum.
Selain itu, perlu diingat bahwa
setiap kalimat topik harus mengandung tiga unsur: subjek, verba, dan ide
pengendali (controlling idea). Subjek dalam kalimat topik berperan
sebagai topik alinea, sedangkan ide pengendali merupakan sebuah kata atau frasa
yang mengendalikan informasi-informasi dalam kalimat-kalimat lain dalam alinea
tersebut. Subjek bisa diletakkan di awal kalimat topik (sebelum verba) atau di
akhir (sesudah verba). Lihat contoh 1 berikut.
Contoh
1
1.
Karya
ilmiah memiliki empat ciri khas.
S
V IP
1.
Terdapat
empat ciri khas yang dimiliki oleh karya ilmiah.
IP
V
S
Berdasarkan penjelasan dia atas,
terungkap bahwa bahwa sebuah kalimat topik harus memenuhi tiga persyaratan.
Pertama, kalimat topik harus berbentuk kalimat lengkap (complete). Dalam
kalimat itu harus terdapat unsur subjek, predikat, dan objek (ide pengendali).
Kedua, cakupan ide pengendali harus terbatas (limited), dalam arti tidak
lebih dari satu ide karena sebuah alinea hanya dapat membahas sebuah ide secara
tuntas. Ketiga, ide pengendali harus spesifik (specific). Hal ini
berarti ide tersebut harus relevan dan secara langsung berhubungan dengan
topik.
Untuk memahami ketiga persyaratan
kalimat topik ini secara lebih jelas, lihat contoh-contoh dan penjelasan dalam
contoh 2 berikut.
Contoh
2
1.a.
|
Kemampuan menulis yang baik
|
1.b.
|
Kemampuan menulis yang baik
memberikan banyak keuntungan.
|
2.a.
|
Pulau Bali terkenal dengan
berbagai pemandangan yang indah.
|
2.b.
|
Pulau Bali terkenal dengan
berbagai pemandangan yang indah dan penduduknya yang ramah.
|
3.a.
|
Kenaikan harga kebutuhan pokok
menimbulkan masalah yang serius.
|
3.b.
|
Kenaikan harga kebutuhan pokok
menimbulkan masalah yang serius bagi kalangan berpenghasilan rendah.
|
Kalimat (1.a.) di atas bukan kalimat
topik yang baik karena tidak memiliki unsur subyek, verba, dan ide pengendali.
Sedangkan kalimat (1.b.) adalah kalimat topik yang baik karena adanya unsur
subyek, verba, dan ide pengendali. Kalimat (2.a.) merupakan kalimat topik yang
baik karena ide pengendalinya hanya satu, yakni “berbagai pemandangan yang
indah”. Kalimat (2.a.) bukan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya
lebih dari satu. Kalimat (3.a.) bukan merupakan kalimat topik yang baik karena
ide pengendalinya tidak spesifik—bagi siapa masalah yang serius tersebut
timbul? Kalimat (3.b.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide
pengendalinya secara spesifik menyatakan masalah yang serius tersebut dialami
kalangan berpenghasilan rendah.
2.
Kalimat Pendukung
Kalimat pendukung dibedakan ke dalam
dua jenis. Pertama, kalimat pendukung mayor, yaitu kalimat-kalimat yang secara
langsung digunakan untuk menjelaskan ide pokok dalam yang dinyatakan dalam
kalimat topik. Penjelasan tersebut bisa dilakukan dengan cara menghadirkan
bukti, fakta, argumen, kutipan atau penjelasan lain. Kedua, kalimat pendukung
minor, yaitu kalimat-kalimat yang fungsinya memberikan keterangan yang lebih
terperinci terhadap penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor. Keberadaan
satu atau lebih kalimat pendukung mayor dalam sebuah alinea adalah keharusan.
Sedangkan keberadaan kalimat pendukung minor sangat tergantung pada apakah
penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor masih perlu diberikan penjelasan
yang lebih terperinci atau tidak. Dengan kata lain, tidak semua alinea
memiliki kalimat pendukung minor. Lihat contoh 3 berikut.
Contoh
3
(1) Penggunaan bahasa sebagai media
komunikasi telah menjalani empat tahapan evolusi yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan manusia. (2) Penelitian antropologis mengungkapkan
bahasa mulai dikembangkan masyarakat manusia sebagai sarana komunikasi antar
individu dalam kelompok kecil sekitar 200.000 tahun lalu (Gianella dan Hopkins,
2006: 12). (3) Pada waktu itu, bahasa digunakan hanya untuk berbagi informasi
dan perasaan mengenai kehidupan sehari-hari. (4) Sekitar tahun 30.000 sebelum
masehi, kebutuhan untuk berkomunikasi dengan individu lain dari kelompok
dan generasi berbeda mendorong manusia menciptakan bahasa tertulis. (5)
Petroglif, piktogram, dan ideogram di dinding gua, seperti Chauvet Cave di
Prancis Selatan, adalah contoh upaya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan kelompok dan generasi berbeda (Moore, 2005: 20). (6) Perkembangan ini
kemudian diikuti oleh penemuan sistem tulisan sekitar 4000 tahun SM, yang
memungkinkan pendokumentasian peristiwa dan data dalam bentuk yang lebih
permanen. (7) Perkembangan teknologi informasi, yang dimulai dengan penemuan
telegraf pada tahun 1837, telefon (1871), dan internet pada abad ke-20 membuat
komunikasi dengan bahasa dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu.
Dalam alinea di atas, kalimat (1)
adalah kalimat topik (KT). Kalimat (2) merupakan kalimat pendukung mayor
pertama (KPM1) yang secara langsung menjelaskan tahapan evolusi bahasa sebagai
media komunikasi dengan menghadirkan tahapan awal perkembangan bahasa. Kalimat
(3) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil
kepada informasi dalam KPM1. Kalimat (4) merupakan kalimat pendukung mayor
kedua (KPM2) yang secara langsung menjelaskan tahapan kedua evolusi bahasa.
Kalimat (5) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan
lebih detil kepada informasi dalam KPM2. Kalimat (6) merupakan kalimat
pendukung mayor ketiga (KPM3) yang secara langsung menjelaskan tahapan ketiga
evolusi bahasa. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor keempat (KPM4)
yang secara langsung menjelaskan tahapan keempat evolusi bahasa.
Hubungan antara kalimat topik (KT)
dan kalimat-kalimat pendukung mayor (KPM) serta kalimat-kalimat pendukung minor
dalam alinea contoh di atas dapat digambarkan dalam grafik di sebelah kanan
ini.
3.
Kalimat Kesimpulan
Pada bagian akhir berbagai alinea
penulis juga bisa meletakkan kalimat kesimpulan, yakni kalimat yang merangkum
informasi pada kalimat-kalimat sebelumnya atau menarik kesimpulan berdasarkan
informasi tersebut. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kalimat kesimpulan
merupakan penegasan ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik. Lihat contoh
4 berikut.
Contoh
4
(1) Masyarakat Indonesia menjadikan
Universitas Kristen Indonesia (UKI) sebagai pilihan pertama untuk menimba ilmu
karena beberapa alasan. (2) Pertama, UKI merupakan salah satu universitas
tertua di Indonesia yang berpengalaman mengelola pendidikan tinggi dalam rangka
menghasilkan lulusan berkualitas. (3) Survai terhadap 5678 alumni yang
dilaksanakan baru-baru ini mengungkapkan 95% responden tidak mengalami
kesulitan memperoleh kerja atau menerapkan ilmu yang diperolehnya selama kuliah
di UKI untuk berwiraswasta. (4) Selain itu, kampus UKI terletak di salah satu
lokasi paling strategis di Indonesia. (5) Hal ini membuat mahasiswa tidak
mengalami kesulitan mencapai kampus. (6) Ketiga, dosen-dosen di UKI berkualitas
tinggi dan memiliki jiwa kepelayanan yang tinggi. (7) Ketiga faktor diatas
mendorong masyarakat menjadikan UKI pilihan utama untuk kuliah.
Dalam alinea di atas, kalimat (7)
adalah kalimat kesimpulan (KK). Kalimat ini merangkum informasi yang tersaji
pada kalimat (2) hingga kalimat (6). KK ini juga mengungkapkan ide pokok yang
telah dinyatakan di kalimat topik, meskipun dengan cara yang tidak sama persis.
Selain penggunaan kalimat topik,
pendukung dan kesimpulan yang tepat, sebuah alinea juga harus memenuhi unsur
koherensi (coherence) dan kohesi. Yang dimaksud dengan koherensi adalah
kesatuan isi atau kepaduan maksud. Koherensi tercipta bila seluruh kalimat
pendukung membahas hanya satu hal, yakni topik, dan jika peristiwa, waktu,
ruang, dan proses diurutkan secara logis. Kohesi mengandung arti hubungan yang
erat; perpaduan yang kokoh dan kohesif berarti padu. Kohesi alinea tercipta
bila seluruh kalimat yang membangunnya dipadu dengan erat dan kokoh dengan
menggunakan konjungsi, pronominal, repetisi, sinonim, hiponim, paralelisme, dan
elipsasi dengan tepat.
B. Membuat Tulisan yang Tidak Mudah Dipahami
Tujuan utama pembuatan setiap karya
tulis, termasuk karya ilmiah, adalah mengkomunikasikan informasi, ide, atau
konsep kepada pembaca agar dapat dipahami, dimanfaatkan, dan dikembangkan. Akan
tetapi, ada “sekelompok” tertentu yang cenderung menganggap bahwa tolok ukur
keilmiahan sebuah tulisan adalah kerumitan tulisan itu: semakin sulit, semakin
ilmiah. Bagi mereka, moto ”Kalau bisa ditulis secara rumit mengapa harus dibuat
sederhana?” terkesan lebih pas daripada antitesisnya, “Kalau bisa ditulis
sederhana, jangan dibuat rumit.” Padahal, keilmiahan sebuah karya tulis pada
hakikatnya berhubungan dengan faktor kesistematisan, kelogisan, kebahasaan, dan
keteraturan dalam berpikir. Jika semua faktor itu dipenuhi dengan baik, karya
tulis itu akan mudah dipahami.
Kelompok yang menganggap keilmiahan
identik dengan kerumitan cenderung menulis karya ilmiah dengan empat
karakteristik berikut. Pertama, menggunakan kalimat-kalimat yang panjang.
Kelompok ini kelihatannya menganggap bahwa kalimat kalimat pendek yang mudah
dipahami hanya cocok untuk tulisan anak-anak atau orang awam. Oleh karena
itu mereka menyusun kalimat-kalimat yang mengandung banyak frasa dan klausa
dengan ‘alasan’ semakin panjang kalimat, semakin mendalam pembahasan. Padahal
kalimat yang sangat panjang akan menimbulkan masalah pemahaman karena
tidak jelas mana subjek, mana predikat, dan mana objek kalimat itu.
Kecenderungan seperti ini sebaiknya dicegah. Jika tidak terpaksa, jangan
gunakan kalimat-kalimat panjang dan kompleks. Kalimat pendek dan efektif akan
membuat pemahaman lebih mudah. Bandingkan kedua kalimat contoh berikut. Mana
yang lebih mudah dipahami?
Contoh
5
a. Analisis kesalahan merupakan
suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang dilakukan oleh guru dalam lima
langkah terhadap siswanya untuk mengetahui penguasaannya akan kompetensi bahasa
tertentu dengan cara mengidentifikasi kesalahan apa yang dilakukan secara
sistematis, seperti slip, keseleo, salah omong, alias lapses dalam pembelajaran
speaking, melihat seberapa sering dia melakukan kesalahan, diikuti
dengan penentuan dan pengklasifikasian jenis kesalahan, kemudian
menginterpretasikan apa penyebab kesalahan tersebut, dan, berdasarkan
teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik, diakhiri dengan mengadakan
perbaikan terhadap kesalahan itu.
b. Analisis kesalahan merupakan
suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui penguasaan siswanya akan kompetensi bahasa tertentu. Analisis ini
dilakukan dalam lima langkah: satu, mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan
secara sistematis, seperti salah omong dalam pembelajaran berbicara; dua,
melihat seberapa sering kesalahan dilakukan; tiga, menentukan dan
mengklasifikasikan jenis kesalahan; empat, menginterpretasikan penyebab
kesalahan; dan terakhir, mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu
berdasarkan teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik.
Kecenderungan kedua yang sering
dilakukan kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan adalah
memuat sebanyak mungkin istilah asing. Contoh 6 di bawah ini memperlihatkan
fenomena ini dengan cukup baik. Anda dapat memahaminya?
Contoh
6
Sekarang, aplikasikan sebuah sistem
kalkulus proposional. Akumulasikan pada sistem itu sebuah logika modal yang
lemah yang di dalamnya kondisional yang eksisting dan anteseden yang dibutuhkan
mengakibatkan konsekuensi yang dibutuhkan (aksioma Godel) dan kebutuhan akan
teorema juga merupakan teorema. Jika dikatakan bahwa semua kebenaran dapat
diketahui maka hal ini dapat dirumuskan ‘Jika p maka mungkin (‘à’) diketahui p’
dapat diketahui, p_àKp:
Harus diakui bahwa sebagai bahasa
yang sedang berkembang bahasa Indonesia tidak memiliki padanan yang pas untuk
semua istilah teknis yang lazim terdapat dalam karya tulis ilmiah.
Permasalahan ini sebenarnya terjadi juga dalam bahasa lain. Tidak ada satu
bahasa pun yang memiliki kosa kata lengkap hingga tidak lagi memerlukan
ungkapan untuk gagasan, temuan, atau konsep baru. Solusi terhadap permasalahan
apakah istilah-istilah asing tersebut harus diterjemahkan, dibiarkan, atau
dikombinasikan dengan istilah Indonesia sebenarnya sudah dirumuskan oleh Pusat
Bahasa (2007). Jadi, untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, menerapkan
pedoman pembentukan istilah tersebut merupakan keharusan.
Sebagai pedoman praktis, terdapat
empat kiat untuk menghasilkan tulisan yang efektif. Pertama, gunakan kata yang
pendek dan lazim. Sebagai contoh, kalimat “Tiga ahli di bidang migrasi hadir di
seminar itu.” jauh lebih efektif daripada “Tiga tokoh berpengetahuan spesifik
dalam bidang perpindahan penduduk hadir di seminar itu”, meskipun keduanya
mengungkapkan ide yang sama. Kedua, cegah kata-kata yang berlebihan (redundant).
Kalimat “Tono berteriak dengan suara keras” menggunakan kata yang berlebihan,
karena suara orang yang berteriak pasti keras. Sebaiknya kalimat itu diganti
menjadi ““Tono berteriak” saja. Ketiga, gunakan kalimat yang efektif (pendek
dan sederhana). Keempat, urutkan ide secara logis.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Kegiatan
menulis karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang akrab dengan para mahasiswa
khususnya dalam hal tugas akhir mata kuliah. Selain untuk menyelesaikan tugas
akhir mata kuliah, kegiatan menulis karya tulis ilmiah banyak sekali manfaatnya
bagi para mahasiswa, diantaranya yaitu lebih mengenali kemampuan dan potensi
diri, mengembangkan berbagai gagasan, lebih banyak menyerap, mencari, dan
menguasai informasi, serta membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara
tertib.
Dalam
kegiatan menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, dua hal
penting yang perlu diperhatikan dalam gaya dan cara penulisan yang efektif,
yakni (1) keterbacaan dan (2) keambiguitas/ ketaksaan. Adapun ciri-cii
penulisan yang efektif yaitu (1)bermakna tunggal, (2) mendefinisikan istilah
dengan tepat, (3) efisien, dan
(4) jelas.
- SARAN
- Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya
para mahasiswa memperhatikan keefektifan dalam kepenulisan.
- Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya
para mahasiswa menghindari penggunaan kalimat yang tidak efektif
- Perguruan
tinggi hendaknya dapat membantu meningkatkan wawasan para mahasiswa
khususnya dibidang penulisan karya tulis ilmiah dengan mengadakan sosialisasi, seminar,
workshop, atau kompetisi yang berkaitan dengan penulisan karya tulis
ilmiah.
DAFTAR
PUSTAKA
http://bimbingankaryailmiah.blog.com/2010/05/11/penggunaan-bahasa-ilmiah-dalam-karya-ilmiah/. Akses 12 Oktober.
Pardede, Pralindungan. 2007. http://parlindunganpardede.wordpress.com/academic-writing-skills/articles/beberapa-kesalahan-umum-dalam-penulisan-karya-ilmiah/ akses 3 Oktober 2011
Rohiat, dkk. 2010. Penulisan skripsi. Unit Penerbitan
FKIP Unib.
Susetyo. 2009.
Menulis Akademik. Bengkulu. Unit Penerbitan FKIP Unib.
Sonny. 2011. http://sonny-bisaa.blogspot.com/2011/04/penelitian-keterbacaan-readability.html. akses 3 0ktober.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar