Sabtu, 12 Mei 2012

Kritik Sastra Nyiak Agus


Nama           : Rara Oktaria Nanda
NPM        : A1A010058
Celoteh untuk Nyiak Agus

Nyiak Agus. Ya, cerpen karya Abdulkadir Linin ini sangat sarat makna bagi saya, karena telah memberi banyak pengajaran hidup. Mengingatkan bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Namun, judul Nyiak Agus bagi saya kurang menarik minat pembaca untuk membaca cerpen yang bagus ini, sangat disayangkan sekali. Nama tokoh utama Nyiak Agus yang dijadikan judul bagi saya sangat terkesan sederhana, sehingga tidak menimbulkan penasaran atau ketertarikan yang mendalam bagi pembacanya. Mungkin judul Nyiak Agus bias diganti dengan “Sujud Terakhir” yang sesuai dengan kisah Nyiak Agus yang meninggal dunia dalam keadaan sujud dalam sholatnya, dan juga judul ini dapat mengunandang ketertarikan pembaca yang ingin mengetahui apa penyebab menjadi terakhirnya sujud tersebut, dan sujud yang dimaksud adalah sujud dalam konteks apa. Mungkin saja pembaca beranggapan dari judul diata bukanlah sujudnya seorang hamba ketika sembahyang menghadap Tuhannya tetapi sujud kepada atasan yang berarti ia melakukan pemberontakan.
            Jika dilihat dari penceritaannya, Abdulkadir Linin sangat mahir mengolah kata sehingga mampu menciptakan imajinasi akan keadaan yang terjadi pada cerita, dibagian awal. Di bagian awal cerita Abdul Lini menceritakan dengan lambat, menceritakan detail-detail suasana dan lakon tokoh. Hal ini tampak pada awal cerpen yang member tahu pembaca bagaiman Nyiak Agus dan bayi yang digendongnya tertawa. “Melihat senyum yang sama pada wajah yang berbeda. Senyum pada wajah keriput yang kenyang dengan asam garam kehidupan, dan senyum pada wajah bayi segar bayi yang beberapa bulan keluar dari kandungan.” Dari serentetan kata-kata yang disusun oleh Abdulkadir Linin ini saya sebagai pembaca langsung tersenyum-senyum sendiri karena saya dapat membayangkan kedua senyum yang dimaksudkan oleh penulis. Ini artinya Abdulkadir Linin telah berhasil menciptakan kata-kata yang mempengaruhi imajinasi poembaca.
            Namun sayangnya Abdulkadir Linin tidak menceritakan dan menggambarkan dengan bahasa seperti di atas pada dua bagian terakhir dari cerpen Nyiak agus ini. Abdulkadir Linin tampak seolah-olah tergesa-gesa menyelesaikan cerpennya. Terlihat pada bagian kedua dari akhir cerpen, Abdulkadir Linin menulisklan banyak kejadian dalam tempo yang berselang cukup lama dalam satu bagian penceritaan saja. Ia menceritakan meninggalnya Nyiak agus dalam sholatnya, proses pemakaman, surau yang berantakan pasca meninggalnya Nyiak agus, perginya tokoh “aku” ke Malaysia, dan lalu kembali lagi ke Indonesia.
            “Subuh esok harinya aku shalat disebelahnya, setelah sujud kedua dirakaat pertama Nyiak Agus tidak bangun lagi. Berangkat ke alam baka. Aku menangis. Aku belum sempat mengganti uangnya.” Dari kalimat pertama bagian kedua dari akhir cerita ini Abdulkadir Linin terlihat seolah-olah tergesa-gesa dalam penceritaannya, seolah ingin cepat-cepat mengakhiri cerpennya. Terlihat pada kalimat “Aku menangis. Aku belum sempat mengganti uangnya.” Kalimat ini terlihat sangat sederhana, padahal Abdulkadir Linin bias saca menggunakan kalimat yang lebih panjang untuk menggambarkan suasana saat itu, bagaimana kegelagapannya ia dengan keadaan saatitu. Dan justru bagi saya, pada bagian inilah Abdulkadir Linin sebagai penulis memiliki kesempatan besar untuk memainkan kata-katanya yang mampu menciptakan imajinasi pembaca sehingga berpengaruh pada emosi. Bisa saja pembaca sedih akan keadaan ini, atau justru bertanya-tanya perihal apakah yang menyebabkan meninggalnya Nyiak Agus.  Selain peristiwa meninggalnya Nyiak agus, kalimat-kalimat selanjutnya sama saja, vterlihat buru-buru. Sangat singkat.
            Selain kelebihan dan kekurangan tulisan karya Abdulkadir Linin ini, saya juga ingin mengulas mengenai banyak pesan agama yang diberikan oleh penulis kepada pembaca melalui dialog-dialognya. Hal ini juga merupakan kelebihan dari Abdul Linin yang mengolah dialog sebagai media penyaluran pesan cerita. Ia tak hanya membuat dialog-dialog kosong yang hanya memanjangkan cerita. Tiap dialognya tak dapat dipisahkan lagi dari cerita karena saling berhubungannya antara dialog dengan cerita.
            “Kalau Inyak susah, biasanya apa yang Inyak lakukan?”
            “mmm… kalau saya susah, mmm biasanya saya berdo’a”
Dari dialog ini terdapat pesan religius yang mengungkapkan bahwa saat kita susah memintalah bantuan kepada Tuhan, karena Tuhan tak pernah lelah mengulurkan tangan-Nya. Tuhanlah yang menjadikan nasib kita susah maka hanya Dia pulalah yang akan menghilangkan kesusahan tersebut. Karena semua nasib datang dari Tuhan.
            “Mau jadi orang senang, ya sulit juga. Yang membuat orang susah biasanya keinginan-keinginan yang tidak tercapai.”
Dari dialog Nyiak agus ini kita dapat menarik kesimpulan jika ingin bahagia maka capailah keinginan-keinginan kita tersebut, dengan usaha dan doa. Jangan biarkan mimpi-mimpi kita berlalu begitu saja.
“Satu hal lagi yang ingin saya sampaikan: islam itu kuncinya iklas. Tanpa iklas, islam itu sama dengan manusia tak bernyawa. Tak ada yang gratis di dunia ini: apapun perbuatan ada imbalannya dari Allah. Perbuatan sebesar zarahpun ada imbalannya…”
Dari sini kita dapat mengambiln pesan dari penulis yang menyampaikan bahwa segala sesuatu yuang dilakukan dengan iklas maka akan mendatangkan kebaikan. Maka jangan pernah melakukan sesuatu dengan gerutu.
            “… teruslah berbuat baik. Jadi orang tetap bekerja dengan pertimbangan buruk atau baik. Bila dianggap baik, kerjakan dengan iklas. Jangan Tanya: apa untungnya!...”
Kalimat singkat ini sangat sarat makna, dan kalimat inilah yang seharusnya kita lingkari untuk dipahami kemudian kita amali dalam kehidupan. Pada dialog Nyiak Agus ini disampaikan pesan bahwa kita harus mengerti mana yang baik mana yang tidak baik dalam kehidupan ini. Lakukanlah yang baik dengan iklas tanpa mengharap imbalan duniawi. Percayakan bahwa Allah  mampu menjadikan kita orang yang senang.


Antara Menulis dan Berbicara
Di jaman yang serba modern seperti sekarang, kata sastra memang tak asing lagi. Namun, tak asing bukan berarti setiap pemuda saat ini akrab dengan sastra. Tak jarang kalangan pemuda sontak mengerutkan jidat ketika mempelajari sastra dan diminta untuk memproduksi sastra. Sastra selalu saja melekat dan tak dapat dipisahkan dari kata ‘sulit’ bagi mereka. Febi mahasiswa Unib yang mengambil program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesiamisalnya. Ia mengaku bahwa sastra sangat sulit baginya, sastra hanya membuat pusing kepala, menurutnya daripada menulis sastra jauh lebih baik jika ia diminta menjadi orator. Pendapat Febi juga didukung oleh Novita yang mengambil jurusan yang sama dengan Febi di Unib. Namun, Meydian yang merupakan senior dari Febi dan Novi menganggap bahwa sastra itu mudah dan menyenangkan. Tanggapan yang sangat berbeda. Meydian justru tidak menganggap salah satu dari menulis dan membaca itu sulit.

Menulis sastra berbeda dengan berbicara. Menulis setidaknya membutuhkan keterampilan khusus yang harus dipelajari dan senantiasa dilatih. Sementara berbicara mungkin hanya butuh pembiasaan saja. Indera yang dibutuhkan ketika belajar berbicara terdiri dari mata, telinga, dan lidah. Mata untuk melihat gerakan yang dilakukan orang yang akan kita contoh untuk bicara, terutama melihat gerakan mulut dan mimik muka. Telinga untuk mendengar kata yang diucapkan, dan lidah berusaha untuk mengikutinya dengan kata yang kita upayakan untuk dikeluarkan. Itu sebabnya, anak kecil yang sehat dan normal (matanya dapat melihat, telinganya dapat mendengar, dan lidahnya bisa digerakkan untuk berkata) maka umumnya akan dengan mudah mengikuti. Itu memerlukan pembiasaan sembari mengasah kemampuan dan reflek tiga indera tadi. Jadi, anak kecil yang ingin belajar bicara tak memerlukan belajar huruf-huruf terlebih dahulu, tak butuh juga dengan seabrek teori menulis, dan bagaimana merangkai kata yang baik. Ia, akan dengan spontan mengikuti setiap huruf yang diucapkan orang lain (entah ibunya, ayahnya, kakaknya, atau temannya dll). Mereka (termasuk kita) bisa belajar bicara tanpa keterampilan..yang..rumit.Mengalir..apa..adanya.
Sementara menulis, memerlukan keterampilan tambahan. Bahkan motivasi tambahan pula. Karena apa? Karena menulis bukan bakat, karena menulis memang sangat berbeda dengan berbicara. Banyak orang bisa berbicara, bahkan fasih, meski ternyata ia buta huruf. Sementara orang yang bisa menulis, sangat mustahil bila ia penderita buta huruf. Mungkin ini pula yang membedakan kemampuan setiap orang dalam menulis. Intinya, tidak semua orang bisa menulis, meski berbicaranya sangat fasih dan bahkan retorikanya bagus. Meski  bicaranya tidak bagus, tapi minimal ia memang bisa bicara. Bisa berkomunikasi secara verbal (kata-kata)dengan..orang..lain..Benar..tidak?
Jadi menurut saya, orang yang bisa menulis adalah orang yang seharusnya merasa bahagia. Karena bisa melakukan keterampilan yang jarang dilakukan oleh orang yang sehat dan normal lainnya. Umumnya, semua orang yang sehat dan normal bisa berbicara, tapi tak semua dari mereka bisa menulis. Ini pun dikelompokkan jadi dua: pertama, orang yang tidak bisa menulis sama sekali alias buta huruf; dan kedua, orang yang tidak bisa menulis dalam pengertian menyampaikan pesan lewat tulisan. Dari dua kelompok itu, mereka sama-sama bisa berbicara, tapi tidak bisa menulis. 

UTS Telaah Kurikulum


1.      Apa manfaat kurikulum bagi guru dan kepala sekolah? Menurut saya kurikulum bagi seorang guru bermanfaat untuk mempermudah memberi materi kepada anak secara bertahap,serta mempermudah dalam mengatur jadwal pelajaran bagi guru, serta untuk mengetahui standar kompetensi yang harus dicapai,sebagai pedoman ruanglingkup materi yang disajikan.
Sedangkan manfaat kurikulum bagi kepala sekolah menurut saya adalah mempermudah membagi jam tugas guru, dan untuk menetapkan guru bidang studi sesuai dengan latar pendidikan masing-masing, serta mengetahui kekurangan dan kelebihan jam mengajar guru.
2.      Mengapa kurikulum harus berubah dari waktu ke waktu? Menurut saya Perubahan kurikulum yang terjadi di indonesia salah satu penyebabnya adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri  tidak selalu tetap. Selain itu, perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus berubah tapi diiringi juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat pendidikan di Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut, karena kurikulum itu bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah yang merupakan kurikulum yang tidak baik. Kurikulum itu adalah ‘landasan pacu’ pencapaian tujuan pendidikan. Kalau suatu sistem pendidikan misalnya sekolah kejuruan SMK ‘menghasilkan’ lulusan yang tidak mampu menjadikan peserta didik cakap melaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan kejuruannya, dan hal ini pasti dikarenakan ada sesuatu yang bermasalah dalam kurikulumnya, maka dari itu perubahan kurikulum sangat penting. Perubahan kurikulum juga dilakukan dengan alasan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia supaya lebih baik, disertai harapan sumber daya manusia di Indonesia pun juga akan semakin berkualitas. Selanjutnya penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

3.      Kurikulum seperti apa mengimplementasikan pendidikan karakter sehingga lulusan pendidikan formal memiliki karakter yag baik?  Menurut saya kurikulum yang mampu mengimplementasikan pendidikan adalah kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran yang sudah ada di sekolah, dan tidak terbatas pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, maupun IPS. selanjutnya, dapat juga dilakukan dengan cara menjadi bagian yang melekat dalam kurikulum muatan lokal, atau dapat juga dimasukkan dalam pembiasaan diri dengan kebudayaan di sekolah. Misalnya kebersihan, upacara, kegiatan ekskul, dan pengembangan diri, yang semua itu merupakan aksi yang nyata. Serta yang tak kalah pentingnya adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia sebagai makhluk Tuhan yang maha kuasa yang tak boleh saling merusak

Bank Kosakata


ISTILAH DALAM BAHASA INDONESIA


Homonim adalah kata yang tulisan dan cara pelafalannya sama tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contoh :
            genting                        =  keadaan genting      =  gawat
            genting                        =  genting rumah         =  atap
            jarak                =  pohon jarak             =  tanaman
            jarak                =  jarak jauh                =  ukuran
            bisa                  =  bisa berjalan            =  dapat
            bisa                  =  bisa ular                   =  racun

Homofon adalah kata cara pelafalannya sama tetapi penulisan dan maknanya berbeda.
Contoh :
           
            bang    =  Bang Ali                 =  kakak
            bang    =  Bank Mandiri          =  lembaga penyimpanan uang                       
           
Homograf adalah kata yang tulisannya sama tetapi pelafalan dan maknanya berbeda.
Contoh :
            seri       =  berseri-seri               =  gembira
            seri       =  bermain seri =  seimbang
            teras     =  pejabat teras            =  inti
            teras     =  teras rumah             =  bagian depan rumah
            apel      =  makan apel              =  buah
            apel      =  apel bendera            =  upacara
            apel      =  kencan


Sinonim adalah persamaan makna antara dua kata atau lebih.
Contoh
            agar                 =  supaya
            ahli                  =  pakar
            badai               =  topan
            bagan               =  skema
            benar               =  betul
            agung              =  besar

Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya
Contoh : 
            siang    ><   malam
            hidup   ><   mati
            gelap    ><   terang
Morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata

Morfem adalah unsur pembentuk kata.
Terdiri dari
  1. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan menjadi dasar pembentuk kata lain (kata dasar)
Contoh :  bawa, dapat, buat, hasil dll

2.    Morfem Terikat adalah morfem yang melekat pada bentuk lain.
      Contoh :  pe – an, ber – an, me- kan dll

Fonologi adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari bunyi ujaran.

Fonem adalah kesatuan terkecil yang terjadi dari bunyi ujaran yang dapat membedakan arti

Macam-macam bunyi ujaran :

Vokal adalah huruf hidup
Contoh :
            a, e, i, o dan u

Konsonan adalah huruf mati
Contoh
            b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z

Diftong adalah huruf yang melambangkan bunyi rangkap
Contoh
           
Huruf
Vokal
Contoh pemakaian dalam kata
di awal
di tengah
di akhir
Ai
Ain
syaitan
pandai
Au
Aula
saudara
harimau
Oi
-
boikot
amboi

Singkatan singkatan terbagi menjadi dua macam.

Singkatan adalah bentuk kata atau gabungan kata yang diperpendek dengan satu huruf atau lebih.
Contoh :
            DPR, PGRI, BI, sdr, bpk, yth, dll
           
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal atau gabungan suku kata dari deret kata dan membentuk suatu kata.
Contoh :
            UNPAD, LAN, Pemilu, Rapim, Iwapi, Kowani, Puskesmas

Penalaran Induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Contoh :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Contoh :
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Generalisasi adalah proses penalaran yang menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai ciri-ciri tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, semua logam akan memuai.

Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu diperbandingkan untuk dicari persamaannya

Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab-akibat.
Contoh:
Hubungan Kausal
Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit.

Silogisme adalah Bentuk argumen bahwa, dalam kasus yang paling sering dibahas, memiliki dua kategori proposisi, sebagai premis dan satu proposisi kategoris sebagai kesimpulan.

contoh silogisme adalah argumen berikut:
Setiap manusia adalah fana (semua M adalah P);
setiap filsuf adalah manusia (setiap S adalah M);
karena itu, setiap filsuf adalah fana (setiap S adalah P)
atau
PU: Binatang mamalia melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK: Ikan paus binatang binatang mamalia.
K : Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur.

Proposisi (disambigusi) adalah kalimat yang menyatakan sesuatu benar atau salah. Dalam filsafat, terutama dalam logika, yang diidentifikasi proposisi ontologis sebagai gagasan, konsep, atau abstraksi yang token contoh adalah pola simbol, tanda, suara, atau string dari kata-kata.

Term adalah gambaran dari sesuatu yang ada dalam pikiran kita yang dapat dilihat oleh akal kita. Pengertian juga disebut juga sebagai ” konsep terhadap sesuatu”.
Sedangkan term adalah ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau beberapa kata.
Contoh :
Misal : Istilah “biologi” yang terbentuk dari dua suku kata yaitu “bios” dan “logos”. Ide atau konsep yang terkandung dalam dua rangkaian kata itu disebut sebagai pengertian atau apa yang dimaksud dengan istilah “biologi”.
Sedangkan istilah “biologi” itu adalah term.

Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung.
Contoh:
Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur karena termasuk binatang mamalia.

Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang lain.
Contoh :
Arief seorang alumni SMUN 1 Tegal dapat diterima kerja di perusahaan Pak Subur. Oleh sebab itu, Nani yang juga lulusan SMUN 1 Tegal pasti dapat pula diterima kerja di perusahaan pak Subur.

Premis adalah sesuatu yang telah diketahui dan diterima (teori, hukum, asumsi).

premis terbagi 2, yaitu Premis mayor dan Premis minor.
1. Premis Mayor adalah dasar pemikiran yang pada umum, dan pd umumnya dapat diterima semua kalangan.

Contoh : Kami berpegang teguh pada kebenaran-kebenaran ini, bahwa semua manusia diciptakan sederajat, bahwa mereka dianugerahi pencipta-Nya Hak-hak asasi yang melekat, di antaranya adalah kehidupan, kemerdekaan dan hak untuk mencapai kebahagiaan. Untuk melindungi hak-hak itu ini, pemerintahan-pemerintahan pun dibentuk di antara manusia, kekuasaan mereka berasal dari yang diperintah, sehingga kapan saja sebuah bentuk pemerintah menjadi bersifat merusak terhadap tujuan ini menjadi hak rakyat untuk menggantinya atau menghapuskannya, dan membentuk pemerintahan baru, yang berlandaskan prinsip-prinsip tertentu, sehingga bagi orang-orang hal ini bisa menjamin keselamatan dan kebahagiaan mereka.

2. Premis Minor muncul dari sebagian orang saja yang mungkin masih akan memunculkan pemikiran2 yang baru lagi.

Contoh : Sekarang ini, sejarah raja Inggris Raya adalah sejarah perampasan dan kejahatan yang dilakukan secara berulang-ulang, yang memiliki tujuan langsung yaitu untuk mendirikan suatu tirani mutlak.
 Meluas
Perubahan makna kata dimana makna yang sekarang lebih luas cakupannya dibandingkan dengan makna sebelumnya ( dulu ).
Contoh :
- Berlayar
- Bapak.
dulu kata bapak hanya digunakan untuk menyebut ayah / orangtua laki-laki, tetapi sekarang kata bapak digunakan untuk menyebut orang sejawat.

- Ibu, saudara
Menyempit
Perubahan makna kata dimana makna yang sekarang lebih sempit dibandingkan dengan makna sebelumnya.
Contohnya :
- sarjana
- Pendeta
- Sastra
Ameliorasi / amelioratif
Perubahan makna kata dimana makna sekarang lebih halus / sopan dibandingkan dengan makna sebelumnya.
Contohnya :
- Isteri
- Wanita
- Karyawan
Peyorasi
Dimana makna kata yang sekarang dirasakan lebih kasar dari makna sebelumnya.
Contohnya :
- Pelacur
- Buta
- Tuli
Sinestesia
Perubahan makna kata karena adanya dua tanggapan indera yang berbeda.
Contohnya :
- Senyumannya manis
- Kata-katanya pedas
- Sorot matanya tajam
Asosiasi
Perubahan makna kata karena adanya persamaan sifat.
Contohnya :
- Amplop
- Catut

Makalah Menulis 2


MAKALAH
GAYA DAN CARA  PENULISAN YANG EFEKTIF DALAM  KARYA TULIS ILMIAH








Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Menulis Akademik
Yang dibina oleh Bapak Susetyo



OLEH:
Rara Oktaria Nanda (NPM. A1A010058)
Santi Yuliani (NPM.A1A010048)
Leonita Maharani (NPM.A1A010020)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.             LATAR BELAKANG
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap semester para mahasiswa harus menulis makalah atau tulisan lainnya, bahkan untuk sebagian besar mata kuliah yang ditempuh. Dengan demikian, mereka diharapakan akan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik yang ditulisnya. Dalam menghadapi tugas menulis di atas sebagian besar mahasiswa menganggapnya sebagi beban berat. Anggapan tersebut muncul karena kegiatan menulis menyita banyak waktu, tenaga, pemikiran, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Disamping itu kegiatan menulis menuntut keterampilan yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh mahasiswa. Ada pula mahasiswa yang meragukan kegunaannya, apalagi jika tugas menulis itu dikaitkan dengan mata kuliah yang bukan merupakan mata kuliah bidang studinya.
Sehubungan dengan kegunaan tugas atau kegiatan menulis tersebut, Susetyo (2009) mengemukakan bahwa banyak keuntungan yang dapat diambil dari pelaksanaan tugas atau kegiatan menulis karya ilmiah tersebut, antara lain:
1.      Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, terlebih dahulu membaca kepustakaan yang relevan dengan topik yang hendak dibahas.
2.      Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkan ketingkat pemikiran yang lebih matang.
3.      Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dan katalog pengarang atau katalog judul buku.
4.      Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis
5.      Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual
6.      Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
Tentu saja kegiatan menulis di perguruan tinggi tidak sesederhana menulis di lembaga pendidikan dasar atau menengah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Tulisan yang baik memilki beberapa ciri, diantaranya bermakna, jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Disamping itu tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.
Untuk dapat menghasilkan tulisan seperti yang dipaparkan di atas, maka dituntut beberapa kemampuan sekaligus. Agar dapat menulis karangan misalnya, kita harus memilki pengetahuan tentang apa yang akan ditulis. Disamping itu kita harus mengetahui bagaimana menuliskannya. Pengetahuan yang pertama menyangkut  isi karangan, sedangkan yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan. Baik isi karangan, aspek kebahasaan, maupun teknik penulisan berkaitan erat dengan gagasan pikiran.
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimilki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang efektif memiliki ciririri yang harus dipenuhi.ciri ciri  tersebut menurut Susetyo (2009) meliputi: (1) kesepadanan, (2)keparalelan, (3) ketegasan, (4) kehematan, (5) kecermatan, (6) kepaduan, dan (7) kelogisan.
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat tadi haruslah dipiih dengan tepat, sehingga kalimat menjadi jelas maknanya.
Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahamai orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa yang disampaikan oleh penulis.
Sesuai dengan paparan di atas penulis ingin mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan dengan gaya dan penulisan yang efektif dalam karya tulis ilmiah melalui penulisan dengan judul ”Gaya dan Cara  Penulisan yang Efektif dalam  Karya Tulis Ilmiah”.

1.        RUMUSAN MASALAH
Mengacu dari judul di atas maka rumusan masalah yang dapat penulis bahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan gaya dan penulisan efektif dalam karya tulis ilmiah?
  2. Apa saja ciri-ciri keefektifan tulisan dalam karya tulis ilmiah?
  3. Apa saja kesalahan umum dalam penulisan karya ilmiah yang menyebabkan ketidak efektifan?

1.        TUJUAN PENULISAN
  1. Mendeskripsikan maksud gaya dan penulisan efektif dalam karya tulis ilmiah?
  2. Mendeskripsikan ciri-ciri penulisan yang efektif dalam karya tulis ilmiah?
  3. Mendeskripsikanapa saja kesalahan umum dalam penulisan karya ilmiah?







BAB II
PEMBAHASAN

1.      GAYA DAN PENULISAN EFEKTIF DALAM KARYA ILMIAH
Menurut Susetyo (2009) ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam gaya dan cara penulisan yang efektif, yakni (1) keterbacaan dan (2) keambiguitas/ ketaksaan. Gaya bahasa bahasa penulisan ilmiah hendaknya diungkapkan dalam pernyataan-pernyataan yang singkat dan dirangkai dengan bahasa yang efektif, mudah dipahami. Kalimat yang disusun tidak bermakna ganda, mudah dicerna, ringkas, tetapi memuat data yang tak lebih dan tak kurang.
Keterbacaan adalah suatu  istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemudahan atau kesulitan dari bahan bacaan atau wacana. Definisi ini dikemukakan oleh Carnine, Silbert, dan Kamenui dikutip Theresia Kristianty . ” Readabilty is a term to used describe the relative ease or difficulty of a passage .” keterbacaan diartikan sebagai “ perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dimengerti, dipahami, dan mudah diingat.
Sedangkan Secara sederhana kalimat ambigu adalah kalimat yang dapat diartikan secara berbeda, atau mempunyai dua arti yang mungkin membingungkan.
Contoh kalimat amigu, atau kalimat yang mengandung ambiguitas:
Mayat itu diloncati kucing hidup.
kalimat tersebut bisa berarti
Mayat diloncati oleh kucing hidup.
Mayat diloncati kucing kemudian hidup.
Habib berenang di laut mati.
kalimat tersebut bisa berarti
Habib berenang di laut yang namanya laut mati.
Habib berenang di laut kemudian mati.
Kuterima hadiah kedua kakakku dengan senang hati
kalimat tersebut bisa berarti
Hadiah kedua dari kakakku.
hadiah dari kedua kakakku.
Berbagai ketentuan yang sepatutnya diperhatikan oleh penyusun karya tulis ilmiah agar karya ilmiahnya komunitatif, karya tulis ilmiah itu harus memenuhi kriteria LOGIS, SISTEMATIS, dan LUGAS.
a.    Karya Ilmiah disebut LOGIS jika keterangan yang dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal.
b.    Karya tulis ilmiah disebut SISTEMATIS jika keterangan yang ditulisnya disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan.
c.    Karya tulis ilmiah disebut LUGAS jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga

2.             CIRI-CIRI PENULISAN YANG EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH
Dalam Karya Tulis Ilmiah penulis sangat mengharapkan ide dan gagasan yang telah dituangkan melalui tulisan dapat dicerna oleh pembaca, maka penulisan yang efektif yang diharapkan pembaca memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.1    Bahasa Ilmiah harus tepat dan tunggal makna, tidak bias ataupun mendua. Contoh: ”penelitian ini mengkaji metode pembelajaran CTL objek yang efektif dan efisien”
1.2    Bahasa Ilmiah mendefinisikan secara tepat istilah, dan pengertian yang berkaitan dengan suatu penelitian, agar tidak menimbulkan kerancuan.
1.3    Bahasa Ilmiah itu singkat(efisien)
Efisien  atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan  kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil. 
1.4    Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan  informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti:
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.
Contoh:
Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
Seharusnya:
Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Contoh:
Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat dihasilakn manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja keras.

3.             KESALAHAN UMUM DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
A. Alinea yang Tidak Efektif
Pada dasarnya setiap karya tulis merupakan sekumpulan alinea yang membahas suatu permasalahan. Oleh karena itu, kemampuan menulis alinea yang baik adalah persyaratan yang sangat penting dalam menulis karya ilmiah. Berikut ini merupakan konsep-konsep mendasar yang perlu dikuasai dalam rangka mengembangkan kemampuan menulis alinea yang efektif.
Alinea pada hakikatnya merupakan perpaduan sekelompok kalimat yang membahas satu ide pokok. Seluruh kalimat itu harus memiliki hubungan logis. Kalimat yang tidak berhubungan logis (atau tidak relevan dengan ide) pokok harus dihapus dari alinea. Kalimat yang bersifat pengulangan juga harus dihilangkan.
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan tentang alinea adalah: Berapa jumlah kalimat yang diperlukan untuk membuat sebuah alinea? Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Yang perlu dipedomani adalah bahwa sebuah alinea tidak boleh terlalu pendek sehingga ide pokoknya tidak dikembangkan secara memadai, atau terlalu panjang sehingga ide pokoknya berkembang sangat luas hingga perlu dikembangkan dalam beberapa alinea terpisah.
Dilihat dari fungsinya, kalimat-kalimat pembangun sebuah alinea dapat dibedakan ke dalam tiga jenis: kalimat topik, kalimat pendukung, dan kalimat kesimpulan. Kalimat topik berfungsi menyatakan ide pokok atau mengungkapkan apa yang akan dibahas dalam alinea tersebut. Kalimat pendukung berfungsi menghadirkan bukti, fakta, argumen, atau penjelasan lain untuk memperjelas ide pokok. Sedangkan kalimat kesimpulan digunakan untuk merangkum isi alinea atau menunjukkan transisi ke alinea berikutnya. Tidak semua alinea membutuhkan kalimat kesimpulan. Oleh karena itu, jenis kalimat yang harus ada dalam sebuah alinea adalah kalimat topik dan pendukung. Tampilan sebuah alinea dapat digambarkan seperti dalam gambar 2 berikut.
Gambar 1: Tampilan Sebuah Alinea
(Kalimat topik) ................................................................................………………
(Kalimat pendukung) ..............................................................................................
(Kalimat pendukung)...............................................................................................
 (Kalimat pendukung) .............................................................................................
(Kalimat pendukung)  ………………………………………………………………  (Kalimatkesimpulan).………………………………………………………………
1. Kalimat Topik
Dalam tulisan ilmiah, kalimat topik dapat ditempatkan di awal atau di akhir alinea, tergantung pola berpikir yang digunakan. Jika penulis menggunakan pola berpikir deduktif, kalimat topik diposisikan di awal alinea, jika induktif, di akhir. Untuk penulis pemula, menempatkan kalimat topik di awal alinea lebih disarankan, karena mendukung suatu ide yang lebih umum dengan menghadirkan detil-detil yang spesifik (deduktif) biasanya lebih mudah dilakukan daripada menyimpulkan beberapa detil spesifik  menjadi sebuah ide yang lebih umum.
Selain itu, perlu diingat bahwa setiap kalimat topik harus mengandung tiga unsur: subjek, verba, dan ide pengendali (controlling idea). Subjek dalam kalimat topik berperan sebagai topik alinea, sedangkan ide pengendali merupakan sebuah kata atau frasa yang mengendalikan informasi-informasi dalam kalimat-kalimat lain dalam alinea tersebut. Subjek bisa diletakkan di awal kalimat topik (sebelum verba) atau di akhir (sesudah verba). Lihat contoh 1 berikut.
Contoh 1
1.                   Karya ilmiah memiliki empat ciri khas.
S               V              IP
1.                   Terdapat empat ciri khas yang dimiliki oleh karya ilmiah.
IP                                   V                         S
Berdasarkan penjelasan dia atas, terungkap bahwa bahwa sebuah kalimat topik harus memenuhi tiga persyaratan. Pertama, kalimat topik harus berbentuk kalimat lengkap (complete). Dalam kalimat itu harus terdapat unsur subjek, predikat, dan objek (ide pengendali). Kedua, cakupan ide pengendali harus terbatas (limited), dalam arti tidak lebih dari satu ide karena sebuah alinea hanya dapat membahas sebuah ide secara tuntas. Ketiga, ide pengendali harus spesifik (specific). Hal ini berarti ide tersebut harus relevan dan secara langsung berhubungan dengan topik.
Untuk memahami ketiga persyaratan kalimat topik ini secara lebih jelas, lihat contoh-contoh dan penjelasan dalam contoh 2 berikut.
Contoh 2
1.a.
Kemampuan menulis yang baik
1.b.
Kemampuan menulis yang baik memberikan banyak keuntungan.
2.a.
Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah.
2.b.
Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah dan penduduknya yang ramah.
3.a.
Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius.
3.b.
Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius bagi kalangan berpenghasilan rendah.
Kalimat (1.a.) di atas bukan kalimat topik yang baik karena tidak memiliki unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Sedangkan kalimat (1.b.) adalah kalimat topik yang baik karena adanya unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Kalimat (2.a.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya hanya satu, yakni “berbagai pemandangan yang indah”. Kalimat (2.a.) bukan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya lebih dari satu. Kalimat (3.a.) bukan merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya tidak spesifik—bagi siapa masalah yang serius tersebut timbul? Kalimat (3.b.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya secara spesifik menyatakan masalah yang serius tersebut dialami kalangan berpenghasilan rendah.
2.  Kalimat Pendukung
Kalimat pendukung dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama, kalimat pendukung mayor, yaitu kalimat-kalimat yang secara langsung digunakan untuk menjelaskan ide pokok dalam yang dinyatakan dalam kalimat topik. Penjelasan tersebut bisa dilakukan dengan cara menghadirkan bukti, fakta, argumen, kutipan atau penjelasan lain. Kedua, kalimat pendukung minor, yaitu kalimat-kalimat yang fungsinya memberikan keterangan yang lebih terperinci terhadap penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor. Keberadaan satu atau lebih kalimat pendukung mayor dalam sebuah alinea adalah keharusan. Sedangkan keberadaan kalimat pendukung minor sangat tergantung pada apakah penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor masih perlu diberikan penjelasan yang lebih terperinci atau tidak.  Dengan kata lain, tidak semua alinea memiliki kalimat pendukung minor. Lihat contoh 3 berikut.
Contoh 3
(1) Penggunaan bahasa sebagai media komunikasi telah menjalani empat tahapan evolusi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. (2) Penelitian antropologis mengungkapkan bahasa mulai dikembangkan masyarakat manusia sebagai sarana komunikasi antar individu dalam kelompok kecil sekitar 200.000 tahun lalu (Gianella dan Hopkins, 2006: 12). (3) Pada waktu itu, bahasa digunakan hanya untuk berbagi informasi dan perasaan mengenai kehidupan sehari-hari. (4) Sekitar tahun 30.000 sebelum masehi, kebutuhan untuk berkomunikasi dengan individu lain  dari kelompok dan generasi berbeda mendorong manusia menciptakan bahasa tertulis. (5) Petroglif, piktogram, dan ideogram di dinding gua, seperti Chauvet Cave di Prancis Selatan, adalah contoh upaya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan kelompok dan generasi berbeda (Moore, 2005: 20). (6) Perkembangan ini kemudian diikuti oleh penemuan sistem tulisan sekitar 4000 tahun SM, yang memungkinkan pendokumentasian peristiwa dan data dalam bentuk yang lebih permanen. (7) Perkembangan teknologi informasi, yang dimulai dengan penemuan telegraf pada tahun 1837, telefon (1871), dan internet pada abad ke-20 membuat komunikasi dengan bahasa dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu.
Dalam alinea di atas, kalimat (1) adalah kalimat topik (KT). Kalimat (2) merupakan kalimat pendukung mayor pertama (KPM1) yang secara langsung menjelaskan tahapan evolusi bahasa sebagai media komunikasi dengan menghadirkan tahapan awal perkembangan bahasa. Kalimat (3) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM1. Kalimat (4) merupakan kalimat pendukung mayor kedua (KPM2) yang secara langsung menjelaskan tahapan kedua evolusi bahasa. Kalimat (5) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM2. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor ketiga (KPM3) yang secara langsung menjelaskan tahapan ketiga evolusi bahasa. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor keempat (KPM4) yang secara langsung menjelaskan tahapan keempat evolusi bahasa.
Hubungan antara kalimat topik (KT) dan kalimat-kalimat pendukung mayor (KPM) serta kalimat-kalimat pendukung minor dalam alinea contoh di atas dapat digambarkan dalam grafik di sebelah kanan ini.
3.  Kalimat Kesimpulan
Pada bagian akhir berbagai alinea penulis juga bisa meletakkan kalimat kesimpulan, yakni kalimat yang merangkum informasi pada kalimat-kalimat sebelumnya atau menarik kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kalimat kesimpulan merupakan penegasan ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik. Lihat contoh 4 berikut.
Contoh 4
(1) Masyarakat Indonesia menjadikan Universitas Kristen Indonesia (UKI) sebagai pilihan pertama untuk menimba ilmu karena beberapa alasan. (2) Pertama, UKI merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia yang berpengalaman mengelola pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan lulusan berkualitas. (3) Survai terhadap 5678 alumni yang dilaksanakan baru-baru ini mengungkapkan 95% responden tidak mengalami kesulitan memperoleh kerja atau menerapkan ilmu yang diperolehnya selama kuliah di UKI untuk berwiraswasta. (4) Selain itu, kampus UKI terletak di salah satu lokasi paling strategis di Indonesia. (5) Hal ini membuat mahasiswa tidak mengalami kesulitan mencapai kampus. (6) Ketiga, dosen-dosen di UKI berkualitas tinggi dan memiliki jiwa kepelayanan yang tinggi. (7) Ketiga faktor diatas mendorong masyarakat menjadikan UKI pilihan utama untuk kuliah.
Dalam alinea di atas, kalimat (7) adalah kalimat kesimpulan (KK). Kalimat ini merangkum informasi yang tersaji pada kalimat (2) hingga kalimat (6). KK ini juga mengungkapkan ide pokok yang telah dinyatakan di kalimat topik, meskipun dengan cara yang tidak sama persis.
Selain penggunaan kalimat topik, pendukung dan kesimpulan yang tepat, sebuah alinea juga harus memenuhi unsur koherensi (coherence) dan kohesi. Yang dimaksud dengan koherensi adalah kesatuan isi atau kepaduan maksud. Koherensi tercipta bila seluruh kalimat pendukung membahas hanya satu hal, yakni topik, dan jika peristiwa, waktu, ruang, dan proses diurutkan secara logis. Kohesi mengandung arti hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh dan kohesif berarti padu. Kohesi alinea tercipta bila seluruh kalimat yang membangunnya dipadu dengan erat dan kokoh dengan menggunakan konjungsi, pronominal, repetisi, sinonim, hiponim, paralelisme, dan elipsasi dengan tepat.

B. Membuat Tulisan yang Tidak Mudah Dipahami
Tujuan utama pembuatan setiap karya tulis, termasuk karya ilmiah, adalah mengkomunikasikan informasi, ide, atau konsep kepada pembaca agar dapat dipahami, dimanfaatkan, dan dikembangkan. Akan tetapi, ada “sekelompok” tertentu yang cenderung menganggap bahwa tolok ukur keilmiahan sebuah tulisan adalah kerumitan tulisan itu: semakin sulit, semakin ilmiah. Bagi mereka, moto ”Kalau bisa ditulis secara rumit mengapa harus dibuat sederhana?” terkesan lebih pas daripada antitesisnya, “Kalau bisa ditulis sederhana, jangan dibuat rumit.” Padahal, keilmiahan sebuah karya tulis pada hakikatnya berhubungan dengan faktor kesistematisan, kelogisan, kebahasaan, dan keteraturan dalam berpikir. Jika semua faktor itu dipenuhi dengan baik, karya tulis itu akan mudah dipahami.
Kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan cenderung menulis karya ilmiah dengan empat karakteristik berikut. Pertama, menggunakan kalimat-kalimat yang panjang. Kelompok ini kelihatannya menganggap bahwa kalimat kalimat pendek yang mudah dipahami hanya cocok untuk tulisan anak-anak atau orang awam.  Oleh karena itu mereka menyusun kalimat-kalimat yang mengandung banyak frasa dan klausa dengan ‘alasan’ semakin panjang kalimat, semakin mendalam pembahasan. Padahal kalimat yang sangat panjang akan menimbulkan masalah pemahaman karena  tidak jelas mana subjek, mana predikat, dan mana objek kalimat itu. Kecenderungan seperti ini sebaiknya dicegah. Jika tidak terpaksa, jangan gunakan kalimat-kalimat panjang dan kompleks. Kalimat pendek dan efektif akan membuat pemahaman lebih mudah. Bandingkan kedua kalimat contoh berikut. Mana yang lebih mudah dipahami?
Contoh 5
a. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang dilakukan oleh guru dalam lima langkah terhadap siswanya untuk mengetahui penguasaannya akan kompetensi bahasa tertentu dengan cara mengidentifikasi kesalahan apa yang dilakukan secara sistematis, seperti slip, keseleo, salah omong, alias lapses dalam pembelajaran speaking, melihat seberapa sering dia melakukan kesalahan, diikuti dengan penentuan dan pengklasifikasian jenis kesalahan, kemudian menginterpretasikan apa penyebab kesalahan tersebut, dan, berdasarkan teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik, diakhiri dengan mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu.
b. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan siswanya akan kompetensi bahasa tertentu. Analisis ini dilakukan dalam lima langkah: satu, mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan secara sistematis, seperti salah omong dalam pembelajaran berbicara; dua, melihat seberapa sering kesalahan dilakukan; tiga, menentukan dan mengklasifikasikan jenis kesalahan; empat, menginterpretasikan penyebab kesalahan; dan terakhir, mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu berdasarkan teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik.
Kecenderungan kedua yang sering dilakukan kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan adalah memuat sebanyak mungkin istilah asing. Contoh 6 di bawah ini memperlihatkan fenomena ini dengan cukup baik. Anda dapat memahaminya?
Contoh 6
Sekarang, aplikasikan sebuah sistem kalkulus proposional. Akumulasikan pada sistem itu sebuah logika modal yang lemah yang di dalamnya kondisional yang eksisting dan anteseden yang dibutuhkan mengakibatkan konsekuensi yang dibutuhkan (aksioma Godel) dan kebutuhan akan teorema juga merupakan teorema. Jika dikatakan bahwa semua kebenaran dapat diketahui maka hal ini dapat dirumuskan ‘Jika p maka mungkin (‘à’) diketahui p’ dapat diketahui, p_àKp:
Harus diakui bahwa sebagai bahasa yang sedang berkembang bahasa Indonesia tidak memiliki padanan yang pas untuk semua istilah teknis yang lazim terdapat dalam  karya tulis ilmiah. Permasalahan ini sebenarnya terjadi juga dalam bahasa lain. Tidak ada satu bahasa pun yang memiliki kosa kata lengkap hingga tidak lagi memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau konsep baru. Solusi terhadap permasalahan apakah istilah-istilah asing tersebut harus diterjemahkan, dibiarkan, atau dikombinasikan dengan istilah Indonesia sebenarnya sudah dirumuskan oleh Pusat Bahasa (2007). Jadi, untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, menerapkan pedoman pembentukan istilah tersebut merupakan keharusan.
Sebagai pedoman praktis, terdapat empat kiat untuk menghasilkan tulisan yang efektif. Pertama, gunakan kata yang pendek dan lazim. Sebagai contoh, kalimat “Tiga ahli di bidang migrasi hadir di seminar itu.” jauh lebih efektif daripada “Tiga tokoh berpengetahuan spesifik dalam bidang perpindahan penduduk hadir di seminar itu”, meskipun keduanya mengungkapkan ide yang sama.  Kedua, cegah kata-kata yang berlebihan (redundant). Kalimat “Tono berteriak dengan suara keras” menggunakan kata yang berlebihan, karena suara orang yang berteriak pasti keras. Sebaiknya kalimat itu diganti menjadi ““Tono berteriak” saja. Ketiga, gunakan kalimat yang efektif (pendek dan sederhana). Keempat, urutkan ide secara logis.















BAB III
PENUTUP

1.             KESIMPULAN
Kegiatan menulis karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang akrab dengan para mahasiswa khususnya dalam hal tugas akhir mata kuliah. Selain untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah, kegiatan menulis karya tulis ilmiah banyak sekali manfaatnya bagi para mahasiswa, diantaranya yaitu lebih mengenali kemampuan dan potensi diri, mengembangkan berbagai gagasan, lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi, serta membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.
Dalam kegiatan menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam gaya dan cara penulisan yang efektif, yakni (1) keterbacaan dan (2) keambiguitas/ ketaksaan. Adapun ciri-cii penulisan yang efektif yaitu (1)bermakna tunggal, (2) mendefinisikan istilah dengan tepat, (3) efisien, dan (4) jelas.

  1. SARAN
  1. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa memperhatikan keefektifan dalam kepenulisan.
  2. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa menghindari penggunaan kalimat yang tidak efektif
  3. Perguruan tinggi hendaknya dapat membantu meningkatkan wawasan para mahasiswa khususnya dibidang penulisan karya tulis ilmiah dengan  mengadakan sosialisasi, seminar, workshop, atau kompetisi yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne.2008.  http://www.anneahira.com/teknik-menulis-karya-ilmiah.htm. akses 3 oktober.
Aiemalissa. 2009. http://aiemalissa.wordpress.com.  akses 12 Oktober 2011
Cepmuh. 2010. http://c3pmoeh.blogspot.com/2010/10/ . akses 3 Oktober.
Franata, Harry. 2010. http://harryfranata.blogspot.com. Akses 3 Oktober
Hubbul. 2010. http://hubbul.blogspot.com/. Akses 3 0ktober.
Rohiat, dkk. 2010. Penulisan skripsi. Unit Penerbitan FKIP Unib.
Susetyo. 2009. Menulis Akademik. Bengkulu. Unit Penerbitan FKIP Unib.
Wilaha, Widi. 2008. http://sekolah-menulis.com/teknik-menulis-karya-ilmiah. akses 3 Oktober.